Sabtu, 25 Oktober 2025
InShot_20251017_194836714

Gerakan Sepoe Serebu Berjalan di Desa Salajambe: Gotong Royong Modern Demi Warga Tidak Mampu

23des

Cianjur, Jabar-eskoncer.com- Di tengah arus modernisasi dan individualisme yang kian menguat, masyarakat Desa Selajambe, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, justru memperkuat semangat kolektif melalui sebuah gerakan sosial unik bernama “Sapoe Sarebu.”

Gerakan ini menjadi bentuk aktualisasi gotong royong modern yang berakar dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sunda.

Secara harfiah, “Sapoe Sarebu” berasal dari bahasa Sunda “Sapoe Sarebu” yang berarti “sehari seribu rupiah.” Gerakan ini mendorong warga desa untuk secara sukarela menyumbangkan uang sebesar Rp1.000 setiap hari. Nilainya memang kecil, namun jika dilakukan bersama-sama secara konsisten, hasilnya mampu memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan warga yang membutuhkan.

“Sapoe Sarebu sudah berjalan di desa kami. Dulu namanya perelek, tujuannya sama: membantu warga yang sangat tidak mampu. Prinsipnya adalah saling membantu dengan semangat kekompakan,” ujar Kepala Desa Selajambe, Agus Junaedi, S.I.P., NLP., saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (17/10/2025).

Menurut Agus, gerakan ini bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, melainkan adaptasi dari tradisi lama yang dikenal sebagai “perelek”—sebuah praktik di mana warga secara kolektif menyisihkan sebagian hasil panen atau makanan pokok untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Namun, yang membuat Sapoe Sarebu istimewa adalah penyederhanaan bentuk dan konsistensinya. Dana yang terkumpul setiap harinya kemudian dikelola secara transparan dan disalurkan kepada warga dalam bentuk:
Bantuan kesehatan bagi warga yang sakit atau membutuhkan perawatan mendesak, biaya pendidikan untuk anak-anak dari keluarga prasejahtera,
Kebutuhan darurat, seperti kebakaran rumah atau bencana kecil, renovasi rumah tidak layak huni (Rutilahu).

“Program ini sangat luas manfaatnya, dari sisi sosial, pendidikan, kesehatan, juga rutilahu. Intinya, ini adalah bentuk nyata gotong royong berbasis kesadaran kolektif—berat sama dipikul, ringan sama dijinjing,” tambah Agus.

Menjaga Tradisi, Menyongsong Masa Depan

Di era yang serba digital dan materialistik, gerakan seperti Sepoe Serebu menjadi oase harapan bahwa nilai-nilai solidaritas sosial belum hilang.

Desa Selajambe menunjukkan bahwa tradisi gotong royong tidak harus ditinggalkan, tetapi dapat disesuaikan dan dikemas ulang sesuai dengan konteks zaman. Semangat “silih asah, silih asih, silih asuh”—saling mengasah (belajar), saling mengasihi (peduli), dan saling mengasuh (melindungi)—masih dijaga erat oleh masyarakat desa ini.

Bagi Agus dan seluruh warga Selajambe, Sapoe Sarebu bukan hanya tentang uang seribu rupiah. Ini adalah simbol dari kekuatan kebersamaan, kepedulian, dan tanggung jawab sosial yang ditanamkan sejak dini di tengah masyarakat.

“Kalau seribu rupiah kita keluarkan sendiri mungkin tidak terasa manfaatnya. Tapi kalau seribu dari seribu orang? Itu bisa menyekolahkan anak yatim, bisa merenovasi rumah jompo, bisa menyelamatkan nyawa orang sakit,” pungkas Agus.

Inspirasi untuk Desa Lain
Gerakan Sapoe Sarebu telah menjadi inspirasi bagi sejumlah desa di sekitar Kecamatan Sukaluyu, bahkan beberapa daerah lain di Cianjur yang tertarik menerapkan sistem serupa. Kepala Desa Selajambe membuka ruang dialog dan studi banding bagi desa lain yang ingin mereplikasi sistem ini.

Dengan semangat kebersamaan dan inovasi berbasis nilai lokal, Desa Selajambe membuktikan bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dari program pemerintah atau investasi besar-besaran, tapi bisa datang dari langkah kecil yang dilakukan secara konsisten oleh masyarakat sendiri.

Pewarta : Ben/Han

23des

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gerakan Sepoe Serebu Berjalan di Desa Salajambe: Gotong Royong Modern Demi Warga Tidak Mampu
- oleh Admin dibaca dalam: 5 menit