Oleh : Entang Sastraatmadja
eskoncer.com- Rabu (22/10/2025). Andaikan beras bisa bicara, tentu akan banyak pengakuan yang disampaikan kepada publik. Beras bisa saja merasa kecewa, ketika dirinya diperlakukan di dalam gudang Bulog yang hanya sekedar gugur kewajiban. Beras juga pasti akan mengeluh atas perlakuan petugas gudang yang cenderung tidak melaksanakan tugas dan pekerjaannya secara profesional. Nestapanya beras, sungguh menyayat hati.
Namun patut dipahami, beras memang tidak pernah mau berbohong. Dalam berbagai suasana, beras selalu mengedepankan kejujuran. Beras tidak pernah mau mengaku tidak ada kutu, jika pengelolaan beras di gudang Bulog, dikerjakan asal-asalan. Apalagi jika dana untuk mempertahankan mutu beras di dalam gudang disunat hanya untuk memuaskan kepentingan petugas.
Tidak hanya itu. Beras juga tidak mungkin akan dapat memanipulasi diri, jika tercium bau apek. Lebih jelas lagi, beras tidak akan mampu merubah warna yang sudah kekuning-kuningan atau berwarna abu-abu. Akibatnya, tidak mengherankan bila ada inspeksi mendadak, maka semua gambaran soal kualitas beras akan terbongkar dengan sendirinya. Benar-benar sebuah elegi.
Di sisi lain, elegi adalah syair atau nyanyian yang mengandung ungkapan dukacita dan ratapan, terutama untuk meratapi orang yang telah meninggal. Kata elegi berasal dari kata Yunani elegos yang berarti “nyanyian duka”. Elegi merupakan salah satu jenis puisi inkonvensional yang biasanya menyampaikan ekspresi duka cita, keluh kesah, rasa rindu, atau rasa sedih.
Lalu, apa yang dimaksud dengan judul tulisan kali ini ? Elegi beras di gudang Bulog merujuk pada kondisi beras yang disimpan di gudang Bulog dengan kualitas yang menurun. Berdasarkan hasil sidak yang dilakukan oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, ditemukan sekitar 1.200 ton beras yang tersimpan sejak Mei 2024 dengan kualitas yang menurun.
Kondisi tersebut termasuk beras lokal yang berubah warna menjadi abu-abu dan dinilai menurun kualitasnya. Banyak faktor yang menyebabkan hal seperti ini dapat terjadi. Beberapa kemungkinan penyebab penurunan kualitas beras di gudang Bulog adalah :
Pertama, penyimpanan yang tidak memadai. Beras yang disimpan dalam jangka waktu lama tanpa perawatan yang tepat dapat mengalami penurunan kualitas.
Kedua, kurangnya pengawasan. Pengawasan yang tidak ketat dapat menyebabkan kualitas beras tidak terjaga dengan baik. Ketiga, proses penanganan yang tidak baik. Proses penanganan beras yang tidak baik dapat menyebabkan kerusakan dan penurunan kualitas beras. Artinya, tata kelola penyimpanan beras tidak boleh lagi bersifat amatiran, namun harus profesional.
Bulog selaku “operator pangan” sekaligus sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan cadangan beras pemerintah (CBP) telah menegaskan komitmennya untuk menjaga kualitas beras dengan melakukan pengawasan ketat dan perawatan rutin di gudang. Sayang, dalam penerapannya masih banyak hal yang butuh penataan lebih jauh.
Kerusakan beras di gudang Bulog dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena serangan hama gudang. Serangga hama gudang dapat menyerang beras yang disimpan dan menyebabkan kerusakan. Faktor ini dapat diantisipasi dengan melakukan pengawasan ketat dan perawatan rutin di gudang.
Selanjutnya, karena iklim mikro. Kondisi iklim mikro di gudang, seperti suhu dan kelembaban, dapat mempengaruhi kualitas beras. Jika tidak terkendali, dapat menyebabkan kerusakan beras. Selain itu, karena kondisi fisik gudang. Kondisi fisik gudang yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan beras. Gudang yang tidak bersih, tidak ventilated, atau tidak terlindung dari kelembaban dapat menyebabkan kerusakan beras.
Atau bisa juga karena bahan simpan. Kualitas bahan simpan, dalam hal ini beras, juga dapat mempengaruhi kemungkinan kerusakan. Beras yang sudah memiliki kualitas rendah sebelum disimpan dapat lebih rentan terhadap kerusakan. Hal ini bisa dicermati dari beras dengan varietas lokal dan beras impor.
Untuk mengatasi masalah ini, Bulog perlu meningkatkan pengawasan dan perawatan gudang, serta memastikan bahwa kondisi penyimpanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selain itu, perlu dilakukan juga peningkatan kualitas bahan simpan dan proses penanganan beras untuk mengurangi risiko kerusakan.
Atas semangat semacam ini, apakah dalam penerapannya di lapangan, ada terobosan cerdas yang disiapkan Bulog untuk menanganinya ? Tentu ada beberapa terobosan cerdas untuk mengatasi masalah beras di gudang Bulog. Berikut beberapa solusi potensial yang dapat ditempuh antara lain adalah :
1. Penyesuaian Derajat Sosoh Beras. Pemerintah telah menyesuaikan derajat sosoh beras dari 100% menjadi 95% untuk mendukung penyerapan beras dan pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tahun 2025. Langkah ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas beras dan mempermudah penyerapan beras oleh Bulog.
2. Kerja Sama Sewa Gudang. Bulog melakukan kerja sama sewa gudang untuk menyerap gabah dan beras di masa panen raya. Langkah ini dapat membantu meningkatkan kapasitas penyimpanan gudang dan mengurangi risiko kerusakan beras akibat kekurangan ruang penyimpanan.
3. Optimalisasi Penyerapan Gabah dan Beras. Bulog melakukan optimalisasi penyerapan gabah dan beras selama momentum panen raya dengan strategi seperti sinergi dengan petani, Kelompok Tani (Poktan), dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk memastikan serapan optimal.
4. Penguatan Ekosistem Pengadaan Terintegrasi. Bulog melakukan penguatan ekosistem pengadaan terintegrasi melalui tim jemput gabah yang akan membeli langsung dari petani dan Poktan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan.
5. Penyaluran Bantuan Pangan Beras. Pemerintah juga melakukan penyaluran bantuan pangan beras kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan target 18,3 juta KPM. Langkah ini dapat membantu mengurangi beban masyarakat dan meningkatkan ketersediaan beras.
Dengan implementasi solusi-solusi tersebut, diharapkan masalah beras di gudang Bulog dapat teratasi dan ketersediaan beras di masyarakat dapat terjamin. Kita berharap beras di dalam gudang Bulog betul-betul dapat terjaga dan terpelihara sebagai cadangan beras Pemerintah yang layak konsumsi. Ingat beras tak pernah bohong.
Penulis : Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat.







