eskoncer.com- Seorang sahabat bertanya : apakah sekarang bangsa kita telah mampu mewujudkan swasembada pangan ? Jawabannya tegas : “belum sepenuhnya”. Berdasarkan informasi yang ada, Indonesia menargetkan swasembada pangan pada tahun 2025, tetapi belum mencapai sepenuhnya. Beberapa langkah strategis telah dilakukan untuk mencapai target ini, seperti :
– Peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT). Kementerian Pertanian (Kementan) fokus pada peningkatan LTT padi untuk meningkatkan produksi beras nasional.
– Penggunaan Teknologi Modern. Pemerintah memperkenalkan teknologi modern seperti drone untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian.
– Kolaborasi Kementerian. Salah satu buktinya, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berkolaborasi untuk meningkatkan luas lahan tanam dan produktivitas pertanian.
Saat ini, Indonesia telah mencapai beberapa keberhasilan, seperti:
– Produksi Beras Meningkat. Produksi beras nasional mengalami kenaikan signifikan, dengan target produksi 7,5 juta ton gabah pada April 2025.
– Stok Beras Nasional Tinggi. Stok beras nasional mencapai 3 juta ton, angka tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Namun, belum ada pernyataan resmi bahwa Indonesia telah mencapai swasembada pangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Indonesia mungkin baru mencapai swasembada beras atau memiliki potensi besar untuk mencapainya dalam waktu dekat.
Swasembada pangan, bukanlah swasembada beras. Bukan punya hanya swasembada jagung atau swasembada gula. Tapi yang dimaksud dengan swasembada pangan, sekiranya seluruh bahan pangan strategis telah mampu dihasilkan oleh para petani di dalam negeri. Termasuk di dalamnya untuk komoditas kedelai dan daging sapi serta bawang putih.
Indonesia masih belum mampu mewujudkan swasembada kedelai karena beberapa alasan, antara lain :
– Rendahnya Produktivitas Petani. Produktivitas kedelai di Indonesia masih rendah, dengan rata-rata hasil panen sekitar 1-1,2 ton per hektar, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara penghasil kedelai utama seperti Brazil dan Amerika Serikat.
– Ketergantungan pada Impor. Indonesia masih sangat bergantung pada impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan domestik, dengan sekitar 80% kebutuhan kedelai nasional dipenuhi dari impor.
– Harga Kedelai Lokal yang Tidak Kompetitif. Harga kedelai lokal lebih mahal dibandingkan dengan kedelai impor, membuat petani kurang termotivasi untuk menanam kedelai.
– Keterbatasan Lahan dan Teknologi. Lahan pertanian yang tersedia sudah digunakan untuk tanaman lain yang lebih menguntungkan, dan teknologi pertanian yang digunakan masih terbatas.
– Perbedaan Harga dan Kualitas. Kedelai impor memiliki ukuran biji yang lebih seragam, lebih bersih, dan siap pakai, membuat perajin tahu dan tempe lebih memilih kedelai impor.
Untuk mencapai swasembada kedelai, pemerintah perlu melakukan berbagai langkah strategis, seperti :
– Meningkatkan Produktivitas Petani. Melalui penelitian dan pengembangan varietas unggul yang lebih adaptif terhadap iklim tropis dan memiliki hasil panen lebih tinggi.
– Pendampingan dan Pelatihan Petani. Petani perlu didorong untuk mengadopsi teknik budidaya modern yang lebih efisien dan produktif.
– Investasi dalam Infrastruktur Pertanian. Pengelolaan irigasi, drainase, dan sistem pengeringan tanah harus diperbaiki agar sesuai dengan kebutuhan tanaman kedelai.
– Regulasi Harga dan Pengendalian Impor. Pemerintah perlu mengatur tata niaga kedelai agar harga kedelai lokal lebih kompetitif dan mengendalikan impor agar kedelai lokal bisa lebih terserap di pasar domestik.
Lalu, bagaimana dengan swasembada daging sapi ? Indonesia masih berjuang untuk mencapai swasembada daging sapi. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain :
– Gangguan Reproduksi. Gangguan kawin berulang pada sapi menyebabkan rendahnya efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi.
– Ketergantungan pada Impor. Indonesia masih mengimpor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan domestik, dengan volume impor yang cukup besar.
– Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi. Infrastruktur peternakan yang kurang memadai dan teknologi yang terbatas menjadi hambatan dalam meningkatkan produksi daging sapi lokal.
– Kurangnya Pengetahuan Peternak. Peternak lokal masih memiliki pengetahuan yang terbatas tentang teknik budidaya sapi yang baik, sehingga mempengaruhi produktivitas.
– Harga Daging yang Tinggi. Harga daging sapi di Indonesia relatif mahal karena biaya produksi yang tinggi dan pasokan yang tidak stabil.
Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi lokal, seperti :
– Program Strategis Nasional. Swasembada daging sapi dijadikan Program Strategis Nasional untuk meningkatkan produksi sapi dalam negeri.
– Peningkatan Populasi Sapi. Pemerintah berupaya meningkatkan populasi sapi ternak melalui program pembibitan dan penggemukan sapi.
– Pengembangan Pakan. Pemerintah juga berupaya mengembangkan pakan sapi yang berkualitas dan mencukupi kebutuhan populasi sapi.
Namun, masih diperlukan kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan peternak untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mencapai tujuan swasembada daging sapi.
Kalau swasembada bawang putih bagaimana ? Indonesia masih mengimpor bawang putih dalam jumlah besar, sekitar 611 ribu ton per tahun. Namun, pemerintah telah melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan produksi bawang putih lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor. Berikut beberapa upaya yang dilakukan :
– Kerja Sama dengan Pihak Swasta. Kementerian Pertanian menggandeng Himpunan Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (HIMPUNI) dan perusahaan swasta untuk meningkatkan produksi bawang putih lokal melalui program tanam bawang putih di Lombok Timur.
– Peningkatan Produktivitas. Target hasil produktivitas bawang putih sebesar 20 ton per hektar diharapkan dapat tercapai melalui penggunaan input saprodi yang maksimal dan teknologi budidaya yang tepat.
– Pengembangan Lahan. Pemerintah telah mengidentifikasi lahan potensial untuk penanaman bawang putih, seperti di Lombok Timur, yang memiliki luas lahan mencapai 3.000 hektar.
– Dukungan Pemerintah. Pemerintah daerah Lombok Timur sangat mendukung program akselerasi pengembangan bawang putih nasional dan siap bersinergi untuk mensukseskan program ini.
Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan produksi bawang putih lokal dapat meningkat signifikan dan ketergantungan terhadap impor dapat ditekan.
Ketiga komoditas strategis diatas (kedelai, daging sapi dan bawang putih), sepertinya masih susah untuk dapat di swasembadakan dalam jangka pendek. Inilah tantangan bagi Pemerintahan Presiden Prabowo beserta jajaran Kabinet Merah Putihnya saat ini, yang dengan tegas menjadikan swasembada pangan sebagai target utama pembangunannya.
Semoga akan ada terobosan cerdas untuk menjawab dan memberikan jalan keluar terbaiknya.
(Penulis Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat).







